Jumat, 14 Agustus 2009

Manfaat Olahraga

Fisik dan Mental

Sudah berolahraga dengan rutin? Jika Anda sudah melakukannya, pasti sudah banyak pula manfaat yang Anda rasakan selama ini. Baik yang dapat dirasakan secara langsung, maupun yang Anda alami dalam jenjang waktu tertentu. Semua manfaat tersebut, merefleksikan keseriusan dan usaha yang Anda lakukan dalam latihan rutin.

Namun lebih dari itu, banyak hal yang sebetulnya bisa Anda dapatkan dengan berolahraga. Tidak hanya terwujud pada kesehatan fisik dan kesegaran mental, tapi aktivitas ini juga memberikan kebanggan atas apa yang Anda jalani dengan tekun.

Misalnya, sebagai atlet yang memperoleh prestasi dalam kagiatan keolahragaan. Dengan demikian, timbul rasa senang dan tidak sedikit orang yang menjadikan olahraga sebagai hobby yang harus dipuaskan.

  1. Untuk Kesehatan.
    Sudah pasti jika olahraga yang kita lakukan dengan baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang pas, baik yang secara langsung maupun tidak langsung, akan membawa hasil postif bagi kesehatan fisik juga psikis bagi pelakunya.

    Penting bagi kita untuk menjaga kesehatan tubuh agar tidak menimbun penyakit di kemudian hari akibat pola hidup yang tidak kita kontrol dan tidak diimbangi olahraga. Sesuai dengan anjuran para ahli, terlalu jarang bergerak tidak akan membuat tubuh kita merasa segar dan ini bisa berakibat pada labilnya keadaan struktur tulang.

    Jika demikian, ada kemungkinan tulang akan tumbuh tidak kuat. Mudah lemas dan kekuatan otot pun kurang maksimal.
    Akan berbeda keadaannya jika kita rajin berolahraga. Dengan aktivitas itu, secara perlahan tubuh kita akan memperbaiki keadaan strukturnya.

    Mulai dari otot-otot yang terjaga elastisitas dan kekuatannya, kondisi tulang yang kuat dan tidak mudah patah, serta metabolisme tubuh yang terus berkembang dan terjaga dengan baik.
    Akan tetapi, ada hal yang perlu dihindari. Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap orang memiliki batas gerak tubuh yang berbeda.

    Gerak otot dan tulang yang terlalu diforsir dapat menyebabkan cedera otot dan persendian juga. Jika sudah begini, fokus latihannya bukan lagi pada proses pembentukan kesehatan organ-organ tubuh pelaku, tapi lebih kepada proses penyembuhan dan terapi pemulihan tubuh dari cedera. Jadi sebaiknya, Anda lebih berkonsentrasi kepada bagaimana Anda berolahraga secara rutin dan aman bagi keadaan fisik Anda.

  2. Untuk Prestasi.
    Apabila Anda seorang atlet, tentunya sudah menjadi aktivitas rutin untuk melakukan latihan fisik secara berkelanjutan. Sudah menjadi pekerjaan Anda juga untuk berolahraga dengan tujuan mendapat prestasi lebih pada cabang yang Anda pilih.

    Hal ini adalah manfaat ekstra yang dapat Anda miliki atas kerja keras dalam proses rutin yang mengharuskan Anda berdedikasi pada profesi yang ditekuni. Prestasi olahraga inilah yang memberikan kebangaan tersendiri bagi Anda yang telah berlatih keras dan mewujudkannya dalam berbagai perlombaan keolahragaan. Prestasi ini juga sebagai wujud pengakuan publik atas hasil olahraga yang Anda capai.

    Maka jelas bagi seorang atlet, olahraga dapat memberikan predikat dan prestasi yang baik untuk diunggulkan tidak hanya dalam lingkup global, tapi dalam kelas tersendiri.

  3. Untuk Kesenangan/Prestise.
    Tidak berlebihan memang apabila sekarang kita memiliki hobby atau kesenangan baru yang menjadikan olahraga sebagai wadah bermainnya. Tidak sedikit dari Anda yang menemukan kesenangan batin dari berolahraga bersama rekan-rekan.

    Dalam hal ini lebih cenderung kepada permainan yang menyegarkan pikiran tapi secara tidak langsung menyehatkan badan.
    Banyak contoh dan manfaat olahraga sebagai ajang untuk menyenangkan suasana hati. Sebut saja salah satunya golf.

    Bagi Anda yang suka berolahraga santai dengan mengkoordinasikan tubuh bagian dan bawah serta merasakan sejuknya udara padang golf, tentu saja Anda akan dengan sengan hati ber-golf bersama kolega. Ada pula cabang olahraga catur dan memancing yang memfokuskan manfaatnya untuk melatih konsentrasi otak dan kesabaran bermain para peminatnya.

    Manfaat yang sangat terasa dari olahraga-olahraga permainan ini adalah lebih kepada ketenangan batin, kenyamanan berkomunikasi, da kesehatan secara rohani

definisi olahraga

FILOSOFIS ILMU OLAHRAGA


Kata Kunci: Ilmu Olahraga,kesadaran,
Kesadaranbahwa olahraga merupakan ilmu secara internasionalmulai
muncul pertengahanabad20, dan di Indonesiasecararesmi dibakukan melalui
deklarasiilmu olahragatahun 1998.Beberapaakademisidan masyarakatawam
memang masih pesimis terhadap eksistensi ilmu olahraga, khususnya di
Indonesia,terutama denganmelihat kajian dan wacana akademis yang masih
sangatterbatasdan kurangintegral.Namun sebagaisuatuilmu baru yang diakui
secaraluas, ilmu olahragaberkembangseiring kompleksitaspermasalahanyang
ilmiah yang mulai bergairah menunjukkan
ada denganketertarikan-ketertarikan
eksistensiilmu baruini ke arah kemapanan.
Filsafat, dalam hal ini dianggap memiliki tanggungjawab penting dalam
mempersatukanberbagai kajian ilmu untuk dirumuskan secara padu dan
mengakar menuju ilmu olahraga dalam tiga dimensi ilmiahnya (ontologi,
epistemologidan aksiologi) yang kokoh dan sejajardenganilmu lain. Ontologi
membahastentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan
pengkajianmengenaiteori tentangada. Dasar ontologi dari ilmu berhubungan
drng* materi yang menjadi obyek penelaahanilmu, ciri-ciri esensialobyek itu
yang berlaku umum. Ontologi berperan dalam perbincangan mengenai
pengembanganilmu, asumsi dasar ilmu dan konsekuensinyapada penerapan
ilmu. Ontologi merupakansaranailmiah untuk menemukanjalan penanganan
masalahsecarailmiah (Van Peursen,1985:32). Dalamhal ini ontologi berperan
ilmu.
dalamproseskonsistensiekstensifdan intensifdalampengembangan
Epistemologi membahassecaramendalam segenapproses yang terlibat
dalam usaha untuk memperolehpengetahuan.Ini terutama berkaitan dengan
metodekeilmuan dan sistematikaisi ilmu. Metode keilmuan merupakansuatu
proseduryang mencakupberbagaitindakanpikiran, pola kerja, cara teknis, dan
tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkanyang
telah ada.Sedangkansistimatisasiisi ilmu dalamhal ini berkaitan dengan batang
Penulis adalah dosenFakultas Ilmu Keolahragaan, UniversitasNegeri Surabaya
138

Dasar-dasar Filosofis
tubuh ilmu, di mana peta dasardan pengembangan
ilmu pokok dan ilmu cabang
dibahasdi sini.
Aksiologi ilmu membahastentang manfaat yang diperoleh manusia dari
pengetahuanyang didapatnya.Bila persoalanvaluefree
dan value bound ilmu
mendominasi fokus perhatian aksiologi pada umumnya, maka
dalam hal
pengembanganilmu baru sepertiolahragaini, dimensi alsiologi aipertuastagi
sehinggasecarainherenmencakupdimensinilai kehidupun,n*uiia sepertietika,
estetika, religius (sisi dalam) dan juga intenelasi iimu dengan aspek-aspek
kehidupan manusia dalam sosialitasnya (sisi luar aksiologi). keduanya
merupakanaspekdari permasalahantransferpengetahuan.
Relevansi filosofis ini pada gilirannya mensyaratkanpula komunikasi
lintas, inter dan muiltidisipliner ilmu-ilmu terkaii dalam upuyu menjawab
persoalandan tantangan yang muncul dari fenomenakeolah.ugu*. Dengankata
lain, proses timbal
-balik yang sinergisantarakhasanahkeilmuan dan wilayah
praksis muncul, dan menjadi tanggungjawab filsafat untuk mengkritisi,
memetakan dan memadukan hal tersebut. Filsafat ilmu olahraga, dengl
titik
tekanutama pada tiga dimensikeilmuanini -ontologi,epistemotgi, akiiologi _
mengeksplorasi ilmu olahraga ini
secara mendalam. Ekstensifikasi dan
intensifikasi menjadi permasalahan yang amat menentukan eksistensi dan
perkembanganilmu keolahragaan
lebihjauh dari hasil eksplorasiini.
Akar EksistensiOlahraga
olahraga, sebagaimanayang dikatakanRichard scaht (199g: 124), seperti
halnya sex, terlalu penting untuk dikacaukandengantema lain. Ini tidak hanya
tentang latihan demi kesehatan.Tidak hanya permainan untuk hiburan, atau
menghabiskanwaktu luang, atau untuk kombinasi dari maksud sosial dan
rekreasional.Olahragaadalahaktivitas yang memiliki akar eksistensiontologis
,sangatalami, yang dapat diamati sejak bayi dalam kandungan sampai dengan
bentuk-bentukgerakanterlatih.
Olahraga juga adalah permainan, senada dengan eksistensi manusiawi
sebagai makhluk bermain (homo ludens-nya HuLinga). olahraga adalah
tontonan, yang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak jaman yunani Kuno
denganorete, agon, pentothlon sampaidengin otympic-Gamesdi masamodem,
di mana dalam sejarahnya, perang dan damai selalu mengawal peristiwa
keolahragaan itu. olahraga adalah fenomena multidimensi, seperti halnya
manusiaitu sendiri.
Mitos dan agama yunani awar menampilkan suatu pandangandunia yang
membantuperkembangankesalinghubunganintrinsik antararnuk ru olahragadan
budaya dasar. Keduanyajuga merefleksikan kondisi terbatas dari eksi-istensi
keduniaan, dan bukan sebagai kerajaan transendendari pembebasan. Nuansa
keduniawian tampak pula pada ekspresinaratif tentang kehidupan, rentang luas
pengalamanmanusiawi, situasionalnyadan sukadukanya.ManifestasikesaLalan
terwujud dalam prestasi dan kekuasaanduniawi, kecantikanvisual dan campuran
dari daya persaingan mempengaruhisituasikemanusiaan(Hatab,l99g: 9g).
r39

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Jurnal Filsafat, Agustus2003, Jilid 34, Nomor 2
Budaya Yunani Kuno juga sepenuhnyabersifat agon, persaingan.Puisipuisi
Homer dan Hesiod menampilkan diri sebagai konflik di antara daya-daya
persaingan. Wajah realitas Yunani Kuno juga mewujud dalam daya-daya
persaingan ini: atletik, keindahan fisik, kerajinan tangan, seni-seni visual,
nyanyian,tarian,drama dan retorika(Crowell, 1998: 7).
Signifikansi agon dapat lebih dipahami dari pandangantentang ideal
kepahlawanan.Dalam lliad-nya Homer, keberadaan manusia secara esensial
adalah mortal dan terarah pada takdir negatif melampaui kendali manusia.
Kematian dapat mencapai kompensasiistimewa: keduniawian, kejayaan dan
kemasyhuranmelalui pengambilanresiko dan pengkonfrontasiankematianpada
medan perang, melalui pengujiankeberanian manusia melawan satria lain dan
kekuatannasib. Hal terpenting di sini adalah bahwa makna keutamaan terhubung
-
denganbatas-batasdan resiko. Dapat digeneralisir -dalam lliad rtu bahwa
tanpa kemungkinanuntuk kalah atau gagal,kemenanganatau keberhasilan tak
akan berarti apa-apa(Hatab, 1998: 98).
Atletik (olahraga,dalam tulisan ini kadang-kadang disebut dengan atletik
untuk kepentinganpenyesuaian konteks) berperan penting dalam dunia Yunani
Kuno. Kata atletik berarti konflik atau perjuangan,dan dapat secara langsung
diasosiasikandenganpersaingan,di mana kompetisi di tengah-tengah kondisi
keterbatasanmambangkitkanmakna dan keutamaan. Apa yang membedakan
kontes atletik dari hal-hal lain dalam budaya Yunani adalah bahwa atletik
menampilkan dan mengkonsentrasikan elemen-elemen duiniawi dalam
penampilan fisik dan keahlian, keindahan tubuh, dan hal-hal khusus dari tontonan
dramatis(Hatab,1998: 99).
Kontes atletik, sepertiyang tampak dalam lliad, menunjukkanpenghargaan
yang tinggi masyarakat Yunani terhadap olahraga yang terrepresentasikan
sebagaisemacamritual agama dan terorganisir dalam mana kompetisi-kompetisi
fisik ditampilkan sebagai analog mimetic (secaramenghibur) dari penjelasan
agama baik tentang nasib dan kepahlawanan dan sebagai penjelmaanrinci
signifikansikultural agon.
Sekarang,signifikansi olahraga menurun di dunia Yunani, justru dengan
filsafat sebagai kompetitor kultural. Nilai penting
datangnyastatemen-statemen
dari tubuh dan aksi secara bertahap dikalahkan oleh tekanan pada pikiran dan
refleksi intelektual. Ketertarikan terhadap transendensi spiritual dan tertib alam
menggeserpengaruhmitos-mitosdan religi seperti dijelaskan di atas. Meskipun
Plato dan Aristoteles mengusung nilai penting latihan fisik dalam pendidikan,
namun mereka memulai sebuah revolusi intelektual yang meremehkan nilai
-
penting kultural keolahragaan "remeh" justru karena keterkaitan erat olahraga
dengan tubuh, aksi, perjuangan, kompetisi dan prestasi kemenangan(Hatab,
1998:99).
Ekspresi Filosofis Kultur Olahraga
Friederich Nietzsche (terkenal dengan tesisnya: "Tuhan telah mati")
termasuk filsuf yang pemikiran-pemikirannya berhutang banyak pada dunia
140
\

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Made, Dasar_dasar Filosofis
Yunani Kuno yang menghargaiatletik sejajardenganintelek. Nietzscheadalah
seorangfilsuf kontroversial yang paling banyakdirujuk sebagaipenyumbangtak
langsung debat akademis tentang kaitan pemikiran filsafat-dan lhu
keolahragaan.Bahkan beberapa penulis, seperti Richard Schacht, menyebut
"filsafat olahragaNietzscheian"sebagaiistilah penting dalambahasanihijmya,
Nietzscheand Sport, meskipun istilah ini masih perlu dicurigai sebagaiterlalu
maju dan ahistoris, olehkarena pemikir lain sepertiLawrenceJ. Hatab(tqgg: Zg)
menyatakanbahwaNietzschesedikitsekaliataubahkantak pernah bicaratentang
aktivitas atletik dan olahragasecaralangsung.Hatab mengeksplorasiNietzsche
hanya dalam kaitan pemikirannyayang dapatdiasosiasikandan mengarahpada
tema keolahragaan.
Hatab mengeksplorasibeberapapemikiranNietzschesepertiwill to power,
sublimation, embodiment,spectacledanplay yangterarahpada aktivitas atletik
dan event-eventolahraga(Hatab, 1998: 102). Dari sini, dapat dimaknai bahwa
arah pemikiran yang berhubungansecara historis pada dunia keolahragaan
termasuk dalam ekspresi pemikiran filosofis, dan oleh karenanya, il-u
keolahragaanmemiliki akarfi losofi snya.
Perspektifnaturalistik Nietzscheini menjelaskanmengapabanyak orang
menyukai permainandan menyaksikanpertandinganolahraga,dan kenapahalhal
tersebutdapatdianggapmemiliki nilai dan manfaatyung b"rur. pertunjukan
atletik adalahpenampilandan prosesproduksimaknakultu;l
penting.Ini dapat
dilihat dari efek kesehatandan pengembangan keahlian fisik. Selain i,u,
pertunjukan olahraga juga dapat dipahami sebagai tontonan publik yang
mendramatisir keterbatasandunia yang hidup, prestasi teatrikal dari keaiaan
umat manusia,pengejaran,perjuangan-perjuangan
suksesdan gagal. Dari sudut
pandangpengembangansumberdayamanusia,sudahjelas bahwuoluhrugudapat
menanamkankebajikan-kebajikantertentu dalam keikutsertaandisiplin, ke.Ja
tim, keberaniandanintelegensi
praktis(Hatab,l99g: 103).
Konsekuensidari semua itu, permainan olahragaadalah cukup ..serius,,
untuk diangkat ke tingkat penghargaanbudaya yang lebih tinggi (Hatab, l99g:
106), sehinggafilsafat mau tak mau harus berani mengkaji utang ..tradisinya"
sendiri yang menekankanjiwa atastubuh, harmoni ataskonflik, dan mengalui
bahwa olahraga memiliki kandungannilai-nilai fundamentalbagi kebera-daan
manusia.Begitulah,di dunia Yunani Kuno, lokus asalmuasalpemikiran filsafat
Barat, olahraga tak hanya populer, tetapi menempati p"ngharga* kultural
terhormat.
Namun demikian,StevenGalt crowell (199g: I l3) denganmengeksplorasi
secara mendalam feneomena olahraga sebagai tontonan dan permainan,
mengungkapsisi-sisiburamnya:brutalitas,agresifitas,dan "merusakkesehatan".
Dalam hal yangterakhir,olahragadisebutnyasebagaialat alamiahuntuk ,,war
on
drugs", olahtagaditampilkan sebagaialternatif pengobatanketika para praktisi
terkemukamenemukanobat-obatansebagaibagian alami dari gaya hidup atlit
olahraga.
Apabila di jaman Yunani Kuno atlitnyamendemonstrasikan
atletik dengan
t4l

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Jurnal Filsafat, Agustus 2003, Jilid 34, Nomor 2
keahlianyang langsung berimplikasi padakesehariansi atlit, di mana nilai-nilai
keksatriaandimunculkan,padaatlit sekarang keberaniansedemikianotonomnya,
sehinggayang menampakadalah demonstrasi ketiadaartiankecakapan. Tontonan
menawarkanindividu-individu yangmengkonsentrasikan
seluruhkeberadaannya,
ke dalam satu permasalahan.Individu-individu tersebut meniru apa yang oleh
Nietzschedisebut "inversecripples" (ketimpanganterbalik), di mana keberadaan
manusia"kurang segala sesuatunya kecuali untuk satu hal yang mereka terlalu
banyak memilikinya -keberadaan manusia yang adalahtak lain daripada mata
besar,mulut besar, perutbesar, segalanya
serba besar" (Crowell,1998:I l5).
Atlit sekarang bukanlahTuan, tetapi Budak, bukan teladan dari apa artinya
menjadi manusia, tetapi sekedar fokus untuk hidup yang tak dialami sendiri dari
penontonyang pujian-pujiannya menjadi rantai yang mengikat atlit itu sendiri
-
(teralienasi dalam bahasapatologi sosialnya Erich Fromm). Dari tontonan
kompetitif seperti ini, tak ada artinya "aturan urutanjuara": kemenangandi beli
dan dibayarkan,olahraga sebagai tontonan, dan ini secara esensial berarti bicara
tentanghidup yangtak dialami sendiri.
DeklarasiIlmu Olahraga
Beberapapendapatdi atas bagaimanapun mencerminkan suatu perhatian
filosofis yang diakronik terhadap olahraga sebagai fenomena yang monumental
di jaman ini (setidaknya dengan mengukur antusiasme masyarakat awam
terhadaptontonan olahraga baik langsung di stadion maupun di televisi, atau
dengan larisnya majalah atau kolom keolahragaan, berikut fenomena
"megasponsor" dan perjudian di dalamnya). Lalu, bagaimana tuntutan
perkembangan keolahragaan sebagai ilmu itu di Indonesia khususnya dan
masyarakatakademis dunia padaumumnya?
Terdorong oleh rasa ingin mencari jawaban tepat terhadap pertanyaan:
apakah olahraga merupakan ilmu yang berdiri sendiri, dan sebagai tindak lanjut
dari pertemuan sebelumnya,maka diselenggarakanlah pada tahun 1998 di
Surabayasuatu Seminar Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan. Seminar ini
mampu melahirkan kesepakatantentangpendefinisianpengertianolahragayang
dikenal dengan nama Deklarasi Surabaya 1998 tentang Ilmu Keolahragaan,
sebagaijawaban bahwa olahraga merupakan ilmu yang mandiri. Sebagai ilmu
yang mandiri, olahraga harus dapat memenuhi 3 kriteria: obyek, metode dan
pengorganisasianyang khas, dan ini dicakup dalam paparantentang ontologi,
epistemologidan aksiologi (Komisi Disiplin Ilmu Keolahragaan,
2000: l-2,6).
Dari sini, filsafat ilmu muncul sebagai suatu kebutuhan.
Earle F. Zeigler (1977) mengaitkan pendidikan keolahragaandengan
filsafat olahraga dengan mencoba mengurai berbagai aspek yang dianggap terkait
dengan berbagai dimensi yang muncul dari fenomena keolahragaan, terutama
dalam hal dimensi edukatifnya. Tampaknya banyak penelitian serupa yang
menggagas filsafat ilmu keolahragaan dalam tinjauan yang kurang lebih
diasalkanpadapendidikanjasmani.C.A. Bucher dengan bukunya Foundation of
Physical Education and Sport (1995), William H. dalam buku Physical
t42

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Made, Dasqr-dasar Filosofis
Education and Sport a Changing Society (1987), adalah beberapakarya yang
bemuansafilsafat ilmu keolahragaan, narnun pembahasanyang diambil lebih
merupakanintegrasi dari berbagai disiplin ilmu terkait untuk membangun dasardasarilmu
keolahragaan, sedangkan hakikat dimensiontologi, epistemonogidan
aksiologibelum sepenuhnya
digarap mendalam dan mengakar.
Aspek pertama, ontologi, setidaknya dapat dirunut dari obyek studi ilmu
keolahragaanyang unik dan tidak dikaji ilmu lain. Sebagai rumusan awal,
UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai "setiap aktivitas fisik berupa
permainan yang berisikan perjuanganmelawan unsur-unsuralam, orang lain,
ataupun diri sendiri". Sedangkan Dewan Eropa merumuskanolahragasebagai
"aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalamwaktu luang". Definisi terakhir
ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia "Sport for All" dan di
Indonesia tahun 1983, "memasyarakatkanolahraga dan mengolahragakan
masyarakat"(RuslidanSumardianto,2000:
6).
"Aktivitas", sebagai kata yang mewakili definisi olahraga,menunjukkan
suatu gerak, dalam hal ini gerak manusia,manusiayang menggerakkandirinya
secarasadar dan bertujuan. Oleh karenaitu, menurut KDI keolahragaan,obyek
material ilmu keolahragaan adalah gerak insani dan obyek formalnya adalah
gerak manusia dalam rangka pembentukandan pendidikan. Dalam hal ini,
ragaltubuh adalah sasaran yangterpentingdanpaling mendasar.
Penelitian filosofis untuk itu sangat diharapkan menyentuh sisi tubuh
manuisiawi sebagai kaitan tak terpisah dengan jiwa/pikiran, apalagi dengan
fenomena maraknya arah mode atau tekanan kecintaan masyarakatluasterhadap
bentuktubuh ideal.
Seneca, seorang filsuf dan guru kaisar Nero mengatakan:"oran dum es ut
sit 'Mens Sano in Corpore Sano"' yang secara bebas dapat ditafsirkanbahwa
menyehatkanjasmani dengan latihan-latihan fisik adalah salah satujalan untuk
mencegahtimbulnya pikiran-pikiran yang tidak sehat yang membawa orang
kepadaperbuatan-perbuatan 2000: 35).
yangtidak baik Q.,loerbai,
Ilmu keolahragaan sebagai satu konsekuensi ilmiah fenomenakeolahragaan
berarti pengetahuan yang sistematik dan terorganisir tentang fenomena
keolahragaanyang dibangun melalui sistempenelitianilmiah yang diperolehdari
medan-medanpenyelidikan(KDI Keolahragaan,
2000: 8).
Aspek kedua sebagai dimensi filsafat ilmu adalah epistemologi yang
mempertanyakan bagaimana pengetahuandiperolehdan apa isi pengetahuanitu.
Ilmu keolahragaan dalam pengembangannyadidekati melalui pendekatan
multidisipliner, lintasdisipliner dan interdisipliner. Pendekatanmultidisipliner
ditandai oleh orientasi vertikal karena merupakan penggabungan beberapa
disiplin ilmu. Interdisipliner ditandai oleh interaksi dua atau lebih disiplin ilmu
berbeda dalam bentuk komunikasi konsep atau ide. Sedangkan pendekatan
lintasdisipliner ditandai orientasi horisontal karenamelumatnya batas-batas ilmu
yang sudah mapan.
Ketiga pendekatandi atas dalam khasanah ilmu keolahragaanmembentuik
batang tubuh ilmu sebagai jawaban ataspertanyaanapa isi ilmu keolahragaan itu.
t43

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Jurnal Filsafat, Agustus
2003,Jilid34, Nomor2
Inti kajian ilmu keolahragaanadalah Teori Latihan, Belajar Gerak, Ilmu
Gerak, Teori Bermain dan Teori Instruksi yang didukung oleh ilmu-ilmu
Kedokteran olahraga, Ergofisiologi,Biomekanika,Sosiologiolahraga,pedagogi
Olahraga, Psikologi Olahraga,SejarahOlahragadan Filsafat Olahraga.Akar dari
batang tubuh ilmu keolahragaan terdiri dari Humaniora -terwujud dalam
antropokinetika; Ilmu Pengetahuan Alam -
terwujud dalam Somatokinetika;dan
Ilmu Pengetahuan Sosial -terwujud dalam Sosiokinetika (KDI Keolahragaan,
2000:33-34).
Aksiologi aspekketiga berkaitandengannilai-nilai, untuk apa manfaat
suatu kajian. Secara aksiologi olahragamengandungnilai-nilai ideologi, politik,
ekonomi, sosial,budayadan strategis dalam pengikatketahanannasional(KDI
Keolahragaan,2000: 36). sisi luar aksiologisini menempatiporsi yang paling
banyak,dibandingkansisi dalamnya yangmemanglebih saratfilosofinya.
Kecenderungan-kecenderungan
sisi aksiologi keolahragaan ini seczua
akademis menempati sisi yang tak bisa diabaikan, bahkan cenderungpaling
banyak diminati untuk dieksplorasi.Ini termasukdari sisi estetisnya,di
mana
Randolph Feezell mengulasnyasecarafenomenologis,selain dimensi naratifnya
(Feezell, 1989: 204-220).Kemungkinannilai etisnya,Dietmar Mieth (19g9: 7992)
membahasnya secaraekstensifdan komprehensif. ThomasRyan (1989: I l0-
I l8) membahaskaitan olahragadenganarah spiritualitasnya.Nancy Shinabargar
(1989: 44-53)secara sosiologis membahasdimensifeminisdalamolahraga.Yattg
tersebut di atas adalah beberapacontoh cakupan dimensi ilmu keolahragaan
dalam filsafat ilmu, di mana ekstensifikasi dan intensifikasi masih luas
menantang.
Bertaburan dan tumbuh subumya ilmu-ilmu yang berangkatdari dimensi
ontologi, epistemologidan aksiologi,membuktikanbahwaapa yang paul weiss
tulis dalam bukunya sport: A Philosophy Inquiry (1969: 12) bahwa semakin
banyak renungan filosofis yang mengarahkankeingintahuanmendalam dan
keterpesonaanterhadapolahraga,memiliki dayaprediktif, persuasifdan benar
adanya.Ini perlu dimaknaisecaraoperasional-ilmiah.Sampaidenganabad2l ini,
fenomena signifikansi dan kejelasan transkultural dari olahragamenempati salah
satu koridor akademisilmiah yang membutuhkanlebih banyakpenggagasdan
kreatoride (Hyland,1990:33).
Kecenderunganminat keilmuan yang makin ekstensif dan intensif ini
membawaimplikasi logis bagi filsafatuntuk mengasahmata pisau "keibuannya",
mengingatdari sejarahnya,filsafat dianggapmater scientarum:..ibunya ilmu',,
dalam memberi tempat bagi pertanyaan dan jawaban mendasaratau inti isi ilmu
keolahragaansekaligusmengasuhcabang-cabangranting ilmu keolahragaanini.
Kesimpulan
Ilmu Olahraga merupakan pengetahuan yang sistematis dan terorganisir
tentang fenomena keolahragaanyangmemiliki obyek, metode, sistematikailmiah
dan sifat universal yang dibangunmelalui sebuahsistempenelitianilmiah yang
diperoleh dari macam-macam penyelidikan, yang produk nyatanyatampak dalam
t44
t

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. Made, Dasar-dasar
Filosofis
batang tubuh pengetahuan ilmu olahraga dengan pendekatan pengembangan
keilmuan yang multidisipliner sehinggasecaraaksiologis pemaknaan domain
perilaku gerak -olahraga-membuka spektrum nilai yang normatif-teoritis
(etika,estetika,kesehatanbesertapengembangannya)
dan nilai-nilai yang praktisprofesional
(pengajarandan pelatihan, manajemen,rehabilitasi ataupun rekreasi
olahraga beserta pengembangannya).
Pembahasan yang mencoba mengintegrasikan disiplin ilmu untuk
memaknai dasar-dasar teoritis ilmu keolahragaansebagai ilmu baru memang
sudah ada dan dalam penelitianini digunakan sebagaireferensi,namunrelevansi
filsafati-ilmiahnya masih sangat minim. Meskipun pro dan kontra ilmu
keolahragaan sebagai suatu ilmu mandiri sudah surut, namun tantangan yang
muncul kemudian sebagai kompensasieksistensiilmu keolahragaanmelalui
tantangan itu adalah ekstensifikasi dan intensifikasi ilmu keolahragaan yang
mensyaratkan fi I safat sebagai e l
p I o r er pokoknya.
DAFTAR PUSTAKA
Buchgr_,Q.A., l_995,^Foundation of Physical Education and Sport, Mosby-
Yearbook, Inc., St.Louis.
crowe.ll, s.G., 1998, spgr! as- spectggle and.as Play: Nietzscheian Reflections,
dalam Internatioial Studiei in Philosophy.
Feezell, R., l98l , Play, Freedomand Sport, dalamPhilosophyToday.
Freezell,R., 1984, Play and The Absurd,dalamPhilbsophyToday.
Freezell, R., 1989, Sport, Character, and Virtue, dalam Philosophy Today
Freezell,R, 1995, Sport,Aesthetic,and Narrative, dalarn Philosophy Today
Haag,_Herb9rt, l9!4, Theoretical Foundation of sport science as a Scientific
Discipline.:^Contribution to a Phylosophy (Mdta-Theory) of sport scieice,
Schoirrdorf,VerlaagKarl Hoffma-nn, f'eaerdlRepublicdf C6*iany.-
Hyland, Drew A., 1990, Philosophyof Sport, Paragon House,New York.
Jujun S.S., 1984, Filsafat llmu,Sinar Harapan,Jakarta.
Komisi Disiplin Ilmu KeoldTlgu*,_ 2000, Ilmu Keolahragaan dan Rencana
P e n gem b an gannyo, Depdiknas, Jakarta.
Mieth, D., 1989, The Ethicsof Sport, dalam Concilium.
Noertri, 2000, {ilsafat Pendidikan Jasmqni dan olahraga, UNESA University
PressoSurabaya.
Panitia Seminar dan__
Lgkakarya Nasional Ilmu Keolahragaantahun 1998,
Deklarasi llmu_Keolahragaandan Hasil RumusanSemiiar dan Lokalcarya
Nasionalllmu Keolahragaantanggal6-7September1998di Surabaya.
Rusli Lutan dan Sumardianto,2000, Filsafat olahraga, Depdiknas,Jakarta.
Schacht, Richard, 1998, Nietzscheand Sport, dalam International Studies and
Philosophy.
Shinabargar,N., 1989, Sexismand Sport: A FeministCritique,dalamConcilium.
t45

This is the background image for an unknown creator of an OCR page with image plus hidden text. 2003, Jilid 34, Nomor 2
JurnalFilsafat,Agustus
Van Peursen,C.A., 1985, Szsznan llmu Pengetahuan, alih bahasa: J. Drost,
Gramedia,Jaliarta.
Weiss, Paul,^ 1,969,.Sport: A Philosophy Inquiry, Southem Illinois University
Press,California.
t46