Kamis, 21 Juli 2011

Sya’ir Arab – Sastra Islami

Jangan berbicara tanpa ‘ilmu / tanpa dalil ::

Apabila pondasi (akar)nya tidak kuat
Maka cabangnya pun akan demikian sepanjang masa

Jika para pendakwa tidak menopang dalilnya dengan argumentasi
Maka dia berada di atas selemah-lemahnya dalil

Para pendakwa yang tidak menopang dakwaannya dengan argumentasi
Maka dia hanyalah para pendakwa belaka

Memaksa

Apabila tidak ada yang lain melainkan hanya tombak untuk dikendarai
Maka tidak ada jalan lain bagi yang terpaksa kecuali menaikinya.

Bodoh

Semoga Alloh melindungi dari bidikan anak panah mereka
Sungguh naïf orang yang membidikkan anak panahnya ke bulan

Mereka berucap suatu ucapan yang mereka sendiri tidak memahaminya
Dan bila dikatakan: “buktikanlah!” maka mereka tidak mampu membuktikannya

Saat Selesai Menulis

Ketika saya menulis saya yakin
Bahwa tanganku akan binasa sedang tulisanku kekal
Dan saya tahu bahwa Alloh pasti akan menanyaiku
Aduhai, apakah nanti jawabnya

Curang / Standard Ganda

Apakah pohon besar itu haram bagi burung bulbul
Tetapi halal bagi burung jenis lainnya

Jangan Mencari Masalah

Bila rumahmu terbuat dari kaca
Maka jangan lempari rumah orang lain dengan batu

Jika Selalu Salah Faham

Berapa banyak orang yang mencela ucapan yang benar
Sebabnya karena pemahaman yang salah/buruk

Seandainya kamu faham ucapanku niscaya kamu akan memaafkanku
Atau aku mengetahui ucapanmu maka aku mengkritikmu
Tetapi engkau tidak faham ucapanku sehingga mencelaku
Dan aku tahu bahwa kamu tidak faham maka aku memaafkanmu

Tugasku adalah mengukir bait-bait syair dari sumbernya
Dan bukanlah tugasku jika sapi itu tidak paham

Dusta

“Maha Suci Allah, Ini sungguh adalah suatu kedustaan yang besar.”

Di sisi kalian dusta itu sangat murah harganya
Tanpa ditakar dan ditimbang mereka menghamburkannya

Jika Tidak Mengerti (Bingung)

Apabila engkau tidak melihat bulan sabit maka serahkanlah
Kepada manusia yang melihatnya dengan mata kepala

Janganlah engkau menyelam ke suatu pembicaraan
yang engkau tidak berhak mendengarkannya

Kijang itu begitu banyak di hadapan Khirasy (sebangsa serigala)
Sehingga dia tidak tahu mana yang harus diburu terlebih dahulu

Waktu akan menampakkan apa yang tidak kamu ketahui
Dan datang memberimu berita tentang apa yang tak kamu ketahui

Setiap ucapan ada tempatnya, dan setiap tempat ada ucapannya tersendiri

Tidak Sejalan

Dia berjalan ke timur dan aku berjalan ke barat
Aduhai alangkah jauhnya timur dan barat

Dia berjalan ke arah timur dan aku berjalan ke arah barat
Kapankah akan bertemu yang ke timur dengan yang ke barat ?!

Semua mengaku-ngaku punya hubungan dengan Laila
Namun Laila memungkiri semua pengaku-akuan itu

Pedang itu tidak memuji setiap orang yang membawanya

Cukuplah bagi kalian perbedaan diantara kita
Dan setiap bejana memercikkan isinya

Menolak Kebenaran

Pandangan simpati menutup segala cela
Sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat

Barangsiapa yang merasa sakit mulutnya
Niscaya air yang tawar akan terasa pahit baginya

Jika engkau tidak tahu maka ini musibah
Dan apabila engkau tahu maka musibahnya lebih parah

Jika engkau tidak tahu maka ini musibah
Dan apabila engkau tahu maka musibahnya lebih parah

Betapa banyak buku yang telah kubaca
Kukatakan di dalam hati, semuanya kubenarkan
Kemudian tatkala kutelaah untuk kali kedua
Kutemui kesalahan maka kubenahi (agar benar)

Mencela Ulama Ahlus Sunnah

“Ketahuilah semoga engkau dirahmati Alloh, bahwa daging para ulama itu beracun”
[Imam Ibnu Asakir dalam Tabyin Kadzibil Muftari. Melalui perantaraan al-Aqwaal hal. 2]

Jaga lidahmu untuk berujar dari petaka
Sebab petaka itu bergantung pada ucapan

Tempuhlah Jalan Keselamatan

Kau dambakan keselamatan, tapi engkau tak menempuh jalurnya
Sungguh bahtera tak kan pernah berlayar di daratan

Kebenaran itu akan menang dan mendapat ujian,
maka janganlah heran, sebab ini adalah sunnah ar-Rahman (sunnatullah)

Tergesa-gesa

“Barang siapa yang tergesa-gesa ingin memetik sesuatu sebelum saatnya,
niscaya ia akan dihukumi dengan kegagalan mendapatkannya.”

Jangan Ikuti Hawa Nafsu

Hawa nafsu itu bagaikan anak kecil, bila kau manjakan maka sampai besar
ia akan terus senang menyusu dan bila kau hentikan maka akan berhenti

Nasehat Ibnu Qayyim [dalam Madarijus Salikin (III/200)]

“Apabila seorang mukmin menghendaki supaya Alloh menganugerahinya bashiroh (ilmu yang mendalam) di dalam agama, pengetahuan akan sunnah Rasul-Nya dan pemahaman akan kitab-Nya dan diperlihatkan hawa nafsu, bid’ah, kesesatan dan jauhnya manusia dari shirothol mustaqim, jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam dan para sahabatnya. Apabila ia menghendaki untuk menempuh jalan ini, maka hendaklah ia persiapkan dirinya untuk dicemooh oleh orang-orang bodoh dan ahlul bid’ah, dicela, dihina dan ditahdzir oleh mereka. Sebagaimana pendahulu mereka melakukannya kepada panutan dan imam kita Shallallahu ‘alaihi wa Salam.

Adapun apabila ia menyeru kepada hal ini dan mencemooh apa-apa yang ada pada mereka, maka mereka akan murka dan membuat makar kepadanya…

Sehingga dirinya menjadi orang yang :

Asing di dalam agamanya dikarenakan rusaknya agama mereka

Asing di dalam berpegangteguhnya ia kepada sunnah dikarenakan berpegangnya mereka dengan kebid’ahan

Asing di dalam aqidahnya dikarenakan rusaknya aqidah mereka

Asing di dalam sholatnya dikarenakan rusaknya sholat mereka

Asing di dalam manhajnya dikarenakan sesat dan rusaknya manhaj mereka

Asing di dalam penisbatannya dikarenakan berbedanya penisbatan mereka dengannya

Asing di dalam pergaulannya terhadap mereka dikarenakan ia mempergauli mereka di atas apa yang tidak disenangi hawa nafsu mereka

Kesimpulannya: ia adalah orang yang asing di dalam urusan dunia dan akhiratnya, yang masyarakat tidak ada yang mau menolong dan membantunya.

Karena dirinya adalah :

Seorang yang berilmu di tengah-tengah orang yang bodoh

Penganut sunnah di tengah-tengah pelaku bid’ah

Penyeru kepada Alloh dan Rasul-Nya di tengah-tengah penyeru hawa nafsu dan bid’ah

Penyeru kepada yang ma’ruf dan pencegah dari yang mungkar di tengah-tengah kaum yang menganggap suatu hal yang ma’ruf sebagai kemungkaran dan suatu hal yang mungkar sebagai ma’ruf.”

Source : http://islam-download.net/artikel-islami/syair-arab-sastra-islami.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar