Apa
yang bisa kita bayangkan ketika kita sangat ingin memiliki keturunan dan
senantiasa melantunkan do’a kepada sang pencipta agar Ia menganugrahkan
keturunan kepada kita. Sementara itu usia kita sudah sangat renta. Isteri yang telah
menemani kita dalam usia pernikahan yang panjang tidak juga membuahkan
keturunan, bahkan sudah dalam kondisi menopause. Apakah kita akan berhenti
berharap ?
Kesuburan
rahim wanita, kekuatan fisik seorang pria, hubungan suami isteri dan segala
macam bentuk hubungan kausalitas (sebab akibat) itu semua tidak mempengaruhi
sifat Allah sebagai Khaliq dan Fathir. Bukankah Adam terlahir tidak dari rahim
seorang ibu ? Bukankah Isa Alaihissalam terlahir tanpa ayah ? Itu semua
mengajarkan kepada kita untuk lebih bijak melihat hakikat dari sebuah
penciptaan.
Hakikat
Allah sebagai Fathir dan Khaliq. Karena sebab akibat, proses dari akhir
kesempurnaan sebuah ciptaan bukanlah sesuatu yang membatasi Allah menciptakan
dari suatu yang tidak ada menjadi ada. Batasan ini pula yang tidak boleh pernah
ada dalam logika berpikir kita ketika menempatkan Allah sebagai Khaliq mau pun
Fathir.
Adalah
Zakaria Alaihissalam, seorang laki-laki tua renta dengan isteri yang
telah mandul. Di mana hukum kausalitas, sebab akibat, proses normal untuk
menghasilkan keturunan, seluruhnya mengarah kepada probabilitas tidak mungkin
dalam logika berpikir manusia. Atau bahkan untuk logika kedokteran hari ini.
Tapi
lihatlah optimisme dirinya dalam berdo’a, Zakaria begitu yakin kalau Allah
tidak pernah membuat ia kecewa dalam do’anya.
- Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad
- (yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
- Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
- ia berkata "Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku.
- dan Sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
- yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan Jadikanlah ia, Ya Tuhanku, seorang yang diridhai".
- Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.
- Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, Padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) Sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua".
- Tuhan berfirman: "Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, Padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali". (QS. Maryam : 1- 9)
Lihatlah, ketika Allah memberi kabar kepada Zakaria bahwa kelak dia akan memiliki anak yang di beri nama oleh Allah. Sebuah nama yang penuh keberkahan karena diberikan oleh zat yang maha Agung dan belum pernah ada sebelumnya. Sungguh kegembiraan yang luar biasa, hampir-hampir ia tidak percaya Allah mengabulkan do’anya. Sampai-sampai hadir sebuah pertanyaan untuk menguatkan kabar gembira itu, “Bagaimana akan ada anak bagiku ? Bukankah isteri ku telah mandul dan aku sudah mencapai umur yang sangat tua ? “.
Sebuah pertanyaan yang logis, bukan untuk meragukan kekuasaan Allah. Zakaria sangat yakin dan tidak ada keraguan sedikit pun tentang kemampuan Allah, ke Maha Kuasaan Allah. Tapi bagaimana caranya? karena sebab secara umum yang ia ketahui untuk bisa melahirkan keturunan sudah tidak di miliki oleh dirinya dan isterinya. Allah pun menegaskan “ Demikianlah, hal itu mudah bagi-Ku”.
Ya,
dengan kekuasaan Allah maka itu perkara yang mudah. Bahkan Allah mengingatkan
kalau dulu Allah telah menciptakan Zakaria dari tidak ada sama sekali menjadi
ada. Allah tidak butuh sebab sebagaimana yang di sebutkan Zakaria untuk
menghadirkan seorang anak. Allah tidak butuh itu semua ketika Ia telah
berkehendak.
Jangan
pernah mengungkung do’a, dengan logika berpikir yang kita bangun. Apalagi
mengkotak kekuasaan Allah dengan sedikit pengetahuan kita tentang sebab dan
akibat. Tetaplah berharap dan berdo’a, karena Allah tidak akan pernah
mengecewakan kita dalam berdo’a.
http://cahayasiroh.com/index.php?option=com_content&view=article&id=236:doa-tidak-berbatas-logika&catid=39:kajian-tematik&Itemid=190
Tidak ada komentar:
Posting Komentar