Sabtu, 12 Oktober 2013

sekapur sirih menjelang wisuda

sekitar pukul 11.00 tanggal 13 oktober 2013, saya kembali dihadapan komputer yang sudah menjadi kebiasaan harian. Menjelang perayaan hari Qurban 1434 H menyusul hari wisuda yang sudah lama kunantikan, pertanda akan tercapainya cita-citaku menghadirkan ibu tercinta diruang Auditorium kampus. Sempat terpikir arah kehidupan pascakuliah, kucoba search di Google untuk memuaskan pikiran kilat itu. Akhirnya Google menampilkan satu demi satu tema, banyak pilihan tema yang kubaca. Memilih dan mencari sesuai dengan harapan yang belum jelas dalam benak. Semoga saja ada penerang dari tema-tema tersebut atas kebingunganku.

Banyak rencana yang saling bertumpukan, bercampur, membentuk pemikiran yang ambigu sehingga tak ada satupun rencana yang jelas dan dapat saya lanjutkan pascakuliah. Banyak juga tawaran-tawaran dari Google mulai menetap dan cari kerja di kota, belajar wirausaha,cari beasiswa, pulang mengabdi di kampung halaman, menikah dan banyak lagi tawaran lain. Kucoba bandingkan dengan rencana-rencana pribadiku mengajar sukarela dikampung sendiri, mengajar di kampung seberang, merintis bimbingan belajar anak berbasis agama islam, mengikuti talk show dompet dhuafa Hari Guru Nasional 2013, mengikuti Sekolah Guru Indonesia dompet Dhuafa angkatan VI, Berwirausaha, mengajar di kota, sempat terpikir menikah dan lanjut studi dan masih banyak lagi rencana lain.

Aku menyadari, memang banyak pilihan hingga berujung kebingungan. tapi jujur saja saya begitu cinta dengan agama islam,  referensi-referensi sejarah islam menumpuk dipikiranku, lebih banyak dari tumpukan rencana masa depan yang telah saya sebutkan sebelumnya. Tokoh-tokoh islam indonesia dan dibelahan dunia saya search di internet banyak yang belum saya baca tapi banyak juga yang tersimpan di memori saya Nabi Muhammad dan nabi-nabi lain, sahabat-sahabat beliau, tabi'in, atba'uttabi'in, Imam Empat,hasan albana, taqiyyudin an nabhani, osama bin laden,  abdullah azzam, aiman az-zawahiri, anwar sya'ban, marwan hadid, abdul kadim zallum, Nashiruddin al bani, ibnu taymiyyan, ibnul qoyyim, Ibnul wahhab, yusuf al qordawi, para penyair; muh. Iqbal, al mutannabi, HAMKA, Mukhlis (M. Natsir), imam Bonjol, Kahar Muzakar dan masih banyak lagi tokoh-tokoh islam lain. Selain tokoh, sejarah kelam, sejarah kejayaan, sejarah tragis,tragedi umat islam, upaya mengembalikan kejayaan, perpecahan internal, bahaya dan masalah eksternal; keadaan lingkungan yang memprihatinkan mulai media, budaya, stigma teror terhadap islam, jauh masyarakat dari agama, budaya materialis dan banyak lagi fenoma-fenomena lain tentang islam yang memenuhi pikiran saya.

Kecintaan terhadap agama, begitu besar pengaruhnya bagi raod map hidup saya. Berbuat baik kepada orang tua dan kepada sesama, hal yang sangat mungkin dalam road map hidup saya. Agama telah menjelaskan itu, begitu melekat dalam pikiran saya pesan Allah dan rasul-Nya,: "Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya" Pesan inilah yang menjadi landasan peta hidup saya termasuk dalam hal pascakuliah yang saya pikirkan detik ini. Terkadang saya sering menyimpulkan, bukan kesimpulan final tapi sekedar ingin memuaskan fikiran. dari sekian banyak rencana-rencan pascakuliah yang telah saya sebutkan sebelumnya, hanya ada  dua kemungkinan. Mengikuti Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa angkatan VI dan Mengajar sambil merintis bimbel anak berbasis agama islam.

Buat saya, yang dominasi agama begitu besar dalam hidup saya, hal yang sangat penting dan harus ada dalam manusia adalah dedikasi (pengorbanan). Pengorbanan untuk agama. Hanya itu, kedengaran begitu simpel. Kadang juga saya ragu akan hal itu, tapi realis. Itulah kata hati saya. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al qur,an. Dengarkan kalimat populer ini, tidak Kuciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada Ku, inilah wahyu ilahi. Firman Allah. beribadah itulah pengorban. Kata "Ku ciptakan" itulah sumber kehidupan, tanpa diciptakan maka tidak ada kehidupan. adapun agama itulah konsep hidup yang ditawarkan oleh Allah setelah menciptakan kehidupan. Sesimpel itulah aku menyederhanakan hidup ini. Waktu 60-80 tahun jatah hidup hanya berbicara seputar "pengorbanan untuk Agama". (adapun yang ateis saya tidak sedang membicarakan hal itu, ini adalah kapasitas saya sebagai makhluk bertuhan)

Kembali pada persoalan pengorbanan. Dengan pengorbanan yang besar kita bisa mencapai tujuan secara maksimal. pengorbanan tanpa tanda jasa, materi, dan yang menggiurkan lainnya. itulah pengorbanan hakiki. pengorbanan yang hanya mengharapkan pahala, ya. itu diluar kendali manusia. Misalkan saja Bidang Pendidikan. Lihatlah bagaimana tokoh-tokoh penggagas pendidikan repuplik ini begitu cerdas mereka dalam merumuskan tujuan Pendidikan. mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dankebangsaan. Itulah kurang lebih rumusan tujuan pendidikan kita. Mungkinkah tujuan besar itu akan dicapai ditengah masyarakat saat ini yang materialis, khusus yang berprofesi dalam instansi pendidikan. sangat mustahil tujuan mulia itu bisa tercapai kalau pelakunya hanya mengharapkan gaji yang banyak. Tujuan itu hanya akan bisa kita capai bila mendidik muncul dari panggilan jiwa. Kalau guru, berarti menjadi guru adalah pilihan dan panggilan jiwa dan saat itulah kita mulai merencanakan pengorbanan. pengorbanan kepada generasi bangsa. begitulah makna yang sempar saya ambil dari kegiatan Bedah buku pendidikan karakter di kampus. ketika bicara tentang pendidikan yang sering terlintas dalam benak saya adalah M. Natsir atau dikenal dengan nama Mukhlis. Beliau mengorbankan cincin istrinya untuk biaya pendidikan anak bangsa kala itu. awal kemerdekaan. beliau juga mendirikan universitas muslim dan satu kata bijak yang beliau ambil dari seorang profesor " sebuah bangsa  akan berkembang/maju bila  memiliki sekelompok guru yang rela berkorban untuk bangsanya".

Mengikuti Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa angkatan VI dan Mengajar sambil merintis bimbel anak berbasis agama islam. Dua road map ini sarat dengan pengorbanan, nilai kemanusiaan dan secara pribadi  saya rasa berat dan sulit tapi mudah bagi mereka yang dekat dengan tuhan. Pengorbanan dan sifat manusiawi kita yang ektramaterialis sangat susah diramu menjadi satu. memilih pengorbanan berarti menghilangkan keuntungan pribadi sebaliknya memilih sifat manusiawi ektra materialis berarti menghilngkan pengorbanan. Kalau kita memilih opsi kedua berarti kita telah menghancurkan kemanusiaan. bagaimana tidak, yang ada dalam hidup hanya lah aku.aku dan aku tidak ada orang lain. akhirnya saya tutup dengan ungkapan indah dari HAMKA" jadilah manusia yang hidup dalam masyarakat sebab banyak  manusia yang zhohirnya (nampak) hidup tapi mati ditengah masyarakat banyak" saudaraku, ingatlah pesan ini  'jadilah seorang yang menghidupkan kembali persaudaraan ditengah masyarakat saat ini'. demikianlah...Allahumma inna nas aluka ilman naafi'an...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar